Selasa, 12 Februari 2013

makanan khas kutai


Nasi Bakepor, Menu Raja yang Turun Kasta


NAMA nasi bakepor mungkin masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan, mereka yang tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur, dan sekitarnya pun mungkin masih banyak yang belum tahu tentang nasi ini.

Nasi bakepor merupakan makanan khas dari Kutai di zaman kerajaan. Saat ini, kita tidak masuk kasta raja untuk menikmati nasi ini. Nasi Bakepor merupakan makanan khas dari Kutai Kartanegara. Menu ini dulu menjadi hidangan untuk para raja Kutai di zaman kerajaan. Saat ini, kita tidak perlu menjadi raja untuk menikmati nasi ini.

Hajjah Ainun Djariah Asli Amin adalah pelopor sekaligus pelestari nasi bakepor. Karena kiprahnya, makanan langka di Bumi Etam, Kalimantan Timur, ini masih bisa dinikmati.

Berawal dari rasa ingin mempertahankan makanan lokal Kutai yang hampir punah, Acil Inun, panggilan akrab Ainun, membuka Warung Selera Acil Inun yang menyajikan berbagai makanan khas dari Kalimantan Timur pada 2002. Lokasinya berada di Jalan Kadrie Oening, Samarinda.

“Nasi bakepor tidak kalah dengan masakan modern,” kata Ainun.

Nasi bakepor memang menjadi salah satu menu unggulan di warung makannya. Selain itu, usaha Ainun ini membawa berkah bagi keluarga dan karyawan-karyawannya.

Dengan menu ini, Acil Inun sering diundang dalam acara festival masakan Nusantara di Jakarta. Karena nasi ini pula, sang pemilik bisa bertemu langsung dengan Presiden Susilo Yudoyono. Peristiwa itu ia abaikan dan dipajang dengan penuh kebanggaan di dinding warung makanannya.

Untuk meraciknya, rempah-rempah dan beras yang sudah dicuci dimasukkan ke dalam kenceng atau kendil khusus seperti rantang dan dimasak di atas bara api yang menyala. Begitu nasi menjadi setengah matang, nasi harus dipindahkan ke bara sampai nasi menjadi tanak.

Sebelum dihidangkan, tambahkan lagi daun kemangi, cabai, ikan goreng kering yang sudah dihancurkan, dan sedikit perasan jeruk nipis ke dalam nasi. Setelah itu, semuanya diaduk-aduk hingga merata. Dan nasi bakepor pun siap dinikmati. Proses memasak  hingga siap dihidangkan ini memakan waktu minimal 45 menit.

Sekilas, rasa nasi bakepor mirip dengan nasi uduk. Akan tetapi, jika sedang dinikmati, lama kelamaan rasa ikan dan rempahnya akan lebih terasa. Rasa rempah-rempah dan campurannya memang akan terasa jika nasi bakepor dihidangkan langsung di kendi atau kenceng. Dan untuk mendapatkan kenikmatannya, jangan dimakan terburu-buru.

“Menikmati nasi bakepor harus pelan-pelan agar bisa merasakan rasa yang berbeda-beda dari tiap kunyahannya,” ujar Ainun.

Dari penampilannya, tekstur nasi tidak terlalu lembut sehingga tidak akan menimbulkan kesan eneg. Nasi bakepor juga terlihat agak pucat dan berminyak karena sudah tercampur dengan ikan goreng.

Untuk mendapatkan ikannya, Ainun mendatangkan langsung dari Sungai Mahakam sebanyak sembilan puluh persen dari yang dimasak. Ada pula yang didatangkan langsung dari Samarinda.

Aslinya, nasi bakepor yang asli dibuat dalam takaran besar dan tanpa lauk. Namun, bagi yang senang dengan rasa pedas, bisa memesan sambal raja yang super nikmat sebagai pelengkap. Sambal ini terdiri dari enam macam sambal yang dijadikan satu (sambel terong goreng, kacang panjang, kucai, telur rebus, ikan haruan, udang rebus, dan mangga kueni).

Harga yang ditawarkan pun relatif tidak terlalu mahal. Untuk satu porsi nasi bakepor, ia dijual dengan harga Rp30 ribu. Sedangkan satu piring sambal raja dihargai Rp35 ribu.

Selain makanan andalan tersebut, Warung Selera Acil Inun juga menawarkan banyak menu lain, seperti sambal goreng udang pete, sayur asam tangkar, pindang kepala ikan, sayur keliling atau cah kangkung. Untuk minuman andalan, disediakan nyiur atau kelapa.

Walaupun di Samarinda rumah makan semakin menjamur, rumah makan Acil Inun tidak berkurang pengunjungnya. Selain makanan yang enak, khas, dan unik, rumah ini juga memberikan atmosfir yang nyaman. Tamannya tertata rapid an asri. Sebelum pintu masuk, dibuat jembatan dan kolam ikan yang dihiasi dengan air mancur.

Sementara itu, untuk memberikan warna Kalimantan Timur beserta kebudayaannya, ada hiasan-hiasan khas yang dipajang di dinding. Ornamen tersebut membuat Warung Makan Acil Inun memberikan suasana hangat dan nyaman untuk berlama-lama.

Para pengunjung warung makan khas Kutai ini cukup beragam, mulai dari masyarakat setempat hingga kalangan pejabat dan selebritas. Mereka yang pernah datang ke Samarinda akan merasa rugi jika ketinggalan untuk mampir dan mencoba hidangan khas dari Kota Raja ini. Demikian seperti disarikan dari buku Jejak Kuliner Indonesia karya JNE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar